Free Domain Name

Kamis, 25 Agustus 2011

Menangisi Karunia


Lelaki itu tertegun syahdu. Bulir-bulir kristal bening perlahan membasahi pipinya. Mata yang basah itu menatap kosong ke arah meja hidangan di depannya. Baru saja semangkuk makanan diantarkan untuknya berbuka puasa. Perlahan, terdengar gumaman parau dari mulutnya, "Aku ingat Mush`ab bin Umair yang syahid di Uhud. Ia jauh lebih baik dariku. Ketika ia syahid, tidak ada kain yang cukup untuk menutupi sekujur jenazahnya. Sekarang, kesenangan dunia sedang dibentangkan untuk kita. Aku khawatir, balasan amal kita dipercepat Allah di dunia, hingga tidak ada lagi bagian kita di akhirat kelak."
Abdurrahman bin Auf nama lelaki itu. Satu dari sepuluh manusia yang beruntung mendapat jaminan surga. Seorang Sahabat Rasulullah yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai konglomerat yang dermawan. Kisah di atas terjadi cukup jauh setelah Rasulullah mangkat. Saat di mana daerah Islam semakin meluas, dan kesenangan duniawi mulai membelai lembut wajah kaum muslimin.
Cukup menarik menyaksikan Sahabat ini menangis di depan hidangan berbukanya. Seorang manusia yang telah dijamin masuk surga, namun masih saja merasa lebih hina dari orang lain yang tidak mendapatkan jaminan itu. Seorang yang terbiasa dengan limpahan harta, namun masih saja terisak menyaksikan semangkok hidangan berbuka puasa. Ia merasa khawatir jika makanan di depannya akan membuat jatah kebahagiaan di akhirat akan berkurang.
Telah separoh Ramadhan terlewati, sederhana saja, pernahkan perasaan yang sama kita rasakan di depan hidangan ifthar kita? Pernahkah ada bayangan orang-orang tak beruntung di benak kita ketika regukan air pertama membasahi tenggorokan? Tidak usah jauh-jauh berpikir seperti Abdurrahman yang khawatir kalau nikmat ini akan mengurangi balasan di akhirat, paling tidak, pernahkah rasa syukur tulus membuncah ketika suap demi suap memenuhi perut?
Puasa demikian indah mengajarkan banyak hal. Mulai dari perihnya rasa lapar yang dirasakan kaum papa, hingga perasaan selalu dilihat oleh Sang Pencipta. Sayangnya, semua itu acapkali alpa dihayati ketika makanan telah terhidang di depan kita. Lupa bahwa banyak saudara seiman yang kurang beruntung di tempat lain. Lupa bahwa di kolong-kolong jembatan sana , banyak umat Islam yang hanya berbuka dengan sereguk air sungai, mengais-ngais bekas makanan orang lain untuk melepas lapar seharian. Lupa bahwa di negeri-negeri yang tidak sedamai kita banyak saudara seakidah yang berbuka puasa di bawah desingan peluru, melepas lapar di bawah bayang-bayang kematian.
Jangankan untuk peduli dengan nasib orang lain, hidangan yang menggiurkan kadang malah membuat doa makan terlewatkan. Terkadang yang ada hanya obsesi untuk membalas rasa lapar seharian dengan melahap segala yang ada, naudzubillah. Bila ini yang terjadi, ironis, kita baru mencatat prestasi mampu bertahan lapar dan haus saja. "Betapa banyak manusia yang berpuasa, namun tidak menghasilkan apa-apa selain lapar dan haus belaka (HR. Ahmad)."
Tulisan ini tidak bermaksud untuk melarang berbahagia ketika masa-masa berbuka tiba, karena kita memang berhak untuk gembira ketika itu. Hanya sekedar ajakan untuk menyisakan sedikit waktu merenung dalam kebahagiaan itu. Belajar untuk memahami arti nikmat yang Allah berikan. Belajar memahami kebesaran karunia Allah dalam semangkuk hidangan ifthâr. Bahwa tidak semua orang seberuntung kita. Bahwa di saat mulut ini mengecap nikmat, di tempat lain mungkin banyak mulut yang merintih menahan derita.
Syukur-syukur bila terucap sebait doa untuk mereka-mereka yang kurang beruntung. Lebih syukur lagi bila perenungan itu mampu melahirkan air mata tulus, menangisi karunia Allah, meratapi kelemahan diri mensyukuri segala pemberian-Nya. Sungguh, tidak ada kebahagian di atas kesuksesan meresapi makna pemberian-Nya. Wallâhu a'lam.

Senin, 15 Agustus 2011

Kisah Penanam Duri


Selain kisah-kisah popular yang menggugah nurani dari "Chicken Soup", sampai saat ini saya juga tidak pernah kehilangan kekaguman setiap kali membaca dan menikmati kisah-kisah dari Jalaluddin Rumi. Seorang sufi besar yang karya-karyanya tidak saja mengisi khazanah perbendaharaan kisah klasik di dunia Timur kaum Muslimin. Tetapi, sampai saat ini juga sangat digemari oleh masyarakat Barat yang sudah kehilangan semangat religi dan mengalami kegersangan spiritual.
Jalaluddin Rumi pernah bercerita tentang seorang penduduk Konya yang punya kebiasaan aneh, ia suka menanam duri di tepi jalan. Ia menanami duri itu setiap hari sehingga tanaman berduri itu tumbuh besar. Mula-mula orang tidak merasa terganggu dengan duri itu. Mereka mulai protes ketika duri itu mulai bercabang
dan menyempitkan jalan orang yang melewatinya. Hampir setiap orang pernah tertusuk durinya. Yang menarik, bukan orang lain saja yang terkena tusukan itu, si penanamnya pun berulang kali tertusuk duri dari tanaman yang ia pelihara.
Petugas Kota Konya lalu datang dan meminta agar orang itu menyingkirkan tanaman berduri itu dari jalan. Orang itu enggan untuk menebangnya. Tapi akhirnya setelah perdebatan yang panjang, orang itu berjanji untuk menyingkirkannya keesokan harinya. Ternyata di hari berikutnya, ia menangguhkan pekerjaannya itu. Demikian pula hari berikutnya, janjinya tidak pernah ia tunaikan. Hal itu terus menerus terjadi, sehingga akhirnya, orang itu sudah amat tua dan tanaman berduri itu kini telah menjadi pohon yang amat kokoh. Orang itu menjadi lemah, sakit-sakitan dan tak sanggup lagi untuk mencabut pohon berduri yang ia tanam.

Sebagaimana biasanya, selalu di akhir ceritanya, Rumi berkata, "Kalian, hai hamba-hamba yang malang, adalah penanam-penanam duri. Tanaman berduri itu adalah kebiasaan-kebiasaan buruk kalian, perilaku yang tercela yang selalu kalian pelihara dan sirami. Karena perilaku buruk itu, sudah banyak orang yang menjadi korban dan korban yang paling menderita adalah kalian sendiri. Karena itu, jangan tangguhkan untuk memotong duri-duri itu. ambillah sekarang kapak ‘Haydar' dan tebanglah duri-duri itu supaya orang bisa melanjutkan perjalanannya tanpa terganggu oleh kamu."

Dengan kisah ini sebenarnya Rumi mengajarkan kepada kita bahwa perjalanan tasawuf dimulai oleh pembersihan diri dengan pemangkasan duri-duri yang kita tanam melalui perilaku kita yang tercela. Jika tidak segera dibersihkan, duri itu satu saat akan menjadi terlalu besar untuk kita pangkas dengan memakai senjata apa pun.

Praktik pembersihan diri itu dalam tasawuf disebut sebagai praktek takhliyyah, yang artinya mengosongkan, membersihkan, atau mensucikan diri. Seperti halnya jika kita ingin mengisi sebuah botol dengan air mineral yang bermanfaat, pertama-tama kita harus mengosongkan isi botol itu terlebih dahulu. Sia-sia saja apabila kita memasukkan air bersih ke dalam botol, jika botol itu sendiri masih kotor. Proses pembersihan diri itu disebut takhliyyah. Kita melakukan hal itu melalui tiga cara: al-ju'iatau lapar (upaya untuk membersihkan diri dari ketundukan kepada hawa nafsu), as-sumtu atau diam (upaya untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang tumbuh karena kejahatan lidah), danshaum.

Setelah menempuh praktik pembersihan diri itu, para penempuh jalan tasawuf kemudian mengamalkan praktek tahliyyah. Yang termasuk pada golongan ini adalah praktek zikir dan khidmat atau pengabdian kepada sesama manusia.

Mengenai zikir yang dijadikan praktik dalam pembersihan diri, ada sebuah kisah menarik lainnya. Suatu saat, Imam Ghazali ditanya oleh seseorang, "Katanya setan dapat tersingkir oleh zikir kita, tapi mengapa saya selalu berzikir namun setan tak pernah terusir?" Imam Ghazali menjawab, "Setan itu seperti anjing. Kalau kita hardik, anjing itu akan lari menyingkir. Tapi jika di sekitar diri kita masih terdapat makanan anjing, anjing itu tetap akan datang kembali. Bahkan mungkin anjing itu bersiap-siap mengincar diri kita, dan ketika kita lengah, ia menghampiri kita."

Al Ghazali lalu meneruskan, "Begitu pula halnya dengan zikir. Zikir tidak akan bermanfaat jika di dalam hati masih kita sediakan makanan-makanan setan. Ketika sedang memburu makanan, setan tidak akan takut untuk digebrak dengan zikir mana pun. Pada kenyataannya, bukan setan yang menggoda kita tetapi kitalah yang menggoda setan dengan berbagai penyakit hati yang kita derita. Zikir harus dimulai setelah kita membersihkan diri kita dari berbagai penyakit hati dan menutup pintu-pintu masuk setan ke dalam diri kita."

Dalam Islam, seluruh amal ada batas-batasnya. Misalnya amalan puasa, kita hanya diwajibkan untuk menjalankannya pada bulan Ramadan saja. Demikian pula amalan haji, kita dibatasi waktu untuk melakukannya. Menurut Imam Ghazali, hanya ada satu amalan yang tidak dibatasi, yaitu zikir. Al-Quran mengatakan, "Berzikirlah kamu kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab [33]: 41).

Dalam amalan-amalan lain selain zikir yang diutamakan adalah kualitasnya, bukan kuantitasnya. Yang penting adalah baik tidaknya amal bukan banyak tidaknya amal itu. Kata sifat untuk amal adalah ‘amalan shaliha bukan ‘amalan katsira. Tapi khusus untuk zikir, Al-Quran memakai kata sifat dzikran katsirabukan dzikran shaliha. Betapa pun jelek kualitas zikir kita, kita dianjurkan untuk berzikir sebanyak-banyaknya. Karena zikir harus kita lakukan sebanyak-banyaknya, maka tidak ada batasan waktu untuk berzikir.

Anda ingin hidup bahagia? Anda ingin setan terusir dalam kehidupan? Tebanglah tanaman berduri yang hingga saat masih kita pelihara dalam diri kita. Selamat mencoba. Wassalam! 

Minggu, 14 Agustus 2011

KISAH PENUH HIKMAH: HADIAH BUAT YANG TERSAYANG

KISAH PENUH HIKMAH: HADIAH BUAT YANG TERSAYANG: "disudut ruangan I.C.U. Rumah sakit umum disebuah kota kecil, Seorang pemuda yang tidak tampan dan tidak jelek tapi culun iya (hehe..) terdu..."

Jumat, 12 Agustus 2011

HADIAH BUAT YANG TERSAYANG


disudut ruangan I.C.U. Rumah sakit umum disebuah kota kecil, Seorang pemuda yang tidak tampan dan tidak jelek tapi culun iya (hehe..) terduduk lesu sambil menunggu. Tiba-tiba dokter specialis bedah keluar. 

"dok.. Ambilin persediaan darah A-B segera. Ini darurat. Pesien mengalami pendarahan hebat" teriak sang dokter pada rekannya.

"maaf dok..!! Persediaan darah untuk A-B sudah habis. Saya akan coba carikan di P.M.I terdekat" sahut rekannya itu dibalik ruangan lain.

"cepetan. Tidak ada waktu lagi. Saya membutuhkannya sekarang juga" jawab dokter specialis itu yang sangat tegang.

Mendengar percakapan dokter itu, Dengan segera pemuda yang duduk disudut ruangan itu menghampiri dokter bedah yang sedang melakukan operasi itu.

"silahkan ambil darah saya dok..!! Golongan darah saya kebetulan A-B" ujar pemuda itu.

"apa kamu yakin. Kita tidak mau gegabah mengambil keputusan. Saya harus melakukan pemeriksaan dulu" jawab doter bedah itu yang sangat hati-hati.

"ambil aja dulu darah saya. Habis itu coba aja langsung diperiksa. Saya yakin darah saya ini A-B" tegas pemuda itu.

Karna sudah tidak ada waktu lagi, dokter itu langsung membawa pemuda itu keruangan khusus untuk mengambil darahnya. Dokter bedah yang berpengalaman itu langsung yakin pemuda itu benar-benar berdarah A-B.

"ambil aja berapa yang bapak perlu..!! Saya iklas" ujar pemuda itu kepada sang dokter.

dokter itu pun mengambil darah pemuda itu sesuai dengan keadaan tubuh pemuda itu. Kemudian dokter itu langsung menuju keruangan operasi dan memberikan kepada pasien korban tabrak lari itu.

Waktu demi waktu berlalu. Dokter itu tampaknya masih membutuhkan donor darah lagi. Kembali pemuda itu menawarkan darahnya. Namun dokter itu menolak karna darah pemuda itu sudah banyak terkuras tadi. Namun bantuan darah belum datang juga. Kali ini pemuda itu dengan tegas setengah memaksa, menyuruh dokter itu untuk mengambil darahnya lagi. Dengan sangat terpaksa dokter itu mengambil darah pemuda itu. Kali ini darah yang diambil begitu menguras tenaga pemuda. Kepalanya menjadi berkunang-kunang. Kondisi tubuhnya mulah melemah. Tapi pasien korban tabrak lari itu masih memerlukan bantuan darah lagi. Itu pun diketahui lagi oleh pemuda itu. Dengan mencari akal. Pemuda itu menemui doker lain dengan berlagak layaknya sedang dalam keadaan segar bugar. Padahal kondisinya saat ini begitu parah akibat darah yang ada didalam tubuhnya sudah tinggal sedikit. Langsung aja dokter yang ditemuinya itu mengambil darahnya lagi. Dokter itu tidak tau kalo pemuda itu sudah sangat banyak mendonorkan darahnya. apalagi dokter itu belum banyak pengalamannya dan dia dokter baru dirumah sakit itu. 

Setelah darahnya diambil, pemuda itu menyuruh dokter itu cepat-cepat pergi memberikan darah itu supaya nyawa pasien tabrak lari itu bisa diselamatkan. 

Kali ini pemuda itu sudah tidak mampu berdiri lari. kondisi tubuhnya sudah sangat melemah. 

Singkat cerita. Akhirnya korban tabrak lari itu bisa diselamatkan. Korban tabrak lari itu akhirnya sadar setelah 2 hari berikutnya. dan lama kelamaan kondisinya semakin membaik. Setelah kondisinya membaik, dokter yang waktu itu melakukan operasinya mengatakan pada pasien itu yang berjenis kelamin perempuan itu.
"nona sungguh sangat beruntung. Seseorang telah mendonorkan darahnya untuk nona dimana saat itu kami sedang kesulitan mencari golongan darah yang sesuai dengan golongan darah nona. Berterima kasihlah nona kepada tuhan karna berkat dialah nona bisa diselamatkan melalui pertolongan seseorang yang amat sangat menyayangimu." ujar sang dokter kepada pasien wanita itu.

"boleh saya tau siapa orang yang telah membantu menyumbangkan darah kepada saya pak..?" tanya wanita itu penasaran.

"nona tidak akan bisa menemuinya. Dia menitipkan surat kesaya untuk diberikan kepada nona" jawab dokter itu sambil memberikan sepucuk amplop surat dari pemuda yang waktu itu.

Surat itu pun dibuka oleh wanita itu dan dia membacanya dengan teliti. Isi surat itu adalah sebagai berikut:

["untuk yang tersayang. 

Maaf saat ini aku sudah tidak bisa menemuimu lagi. saya harap kamu bisa selamat dengan apa yang aku berikan ini dan semoga kamu cepat sembuh. Hanya itu yang aku bisa lakukan waktu itu. Aku tidak tau apakah dengan ini kamu bisa selamat. Mudah-mudahan saja usaha yang saya lakukan ini tidak sia-sia. Saya akan sangat senang bila kamu selamat. Karna cuma hanya itu yang aku harapkan darimu. Aku sangat mencintaimu. Cintaku hanya satu untukmu. Walau pun kamu tidak sadari akan besarnya cintaku. Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Aku akan selalu ada disetiap aliran darahmu. 

Maafkan saya yang sangat mencintaimu.

Udah dulu ya. I LOVE U"] 

Tertanda: anu..mmm..anu (nama dirahasiakan oleh don doank)

Setelah membaca surat itu, wanita itu menangis berlinangan air mata. Dia begitu sedih. Karena pemuda itu adalah orang yang pernah menyatakan cintanya dan ditolak mentah-mentah oleh wanita itu. Wanita itu selalu besikap sombong pada pria itu bahkan wanita itu pernah menghina-hina pemuda itu. Sekarang dia sangat begitu menyesal. wanita itu sekarang tau arti cinta yang sesunggungnya. Lalu wanita itu bertanya pada sang dokter.

"dimana sekarang orang yang menolongku itu pak..?" tanya wanita itu sambil menangis.

Dengat berat hati dokter itu menjawab
"dia sudah meninggal dinia karna terlalu banyak kehabisan darah. Saya sudah memperingatinya jika darahnya diambil lagi akibatnya bisa fatal. Tapi pemuda itu malah kucing-kucingan mencari dokter lain untuk memberikan darahnya dengan berlagak segar bugar. Padahal waktu itu kondisinya pasti melemah setelah darahnya diambil"

Mendengar jawaban dokter itu, wanita itu langsung menangis menjerit keras. Dia terlambat membalas cinta pemuda itu yang kini sudah berada dialam sana

Rabu, 10 Agustus 2011

Perlu Diketahui Sebenarnya IBU itu adalah seorang PEMBOHONG


Sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang terjadi, ibu saya memang seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.
Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan.
Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan asin satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya.
Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya,
ibu berkata : “”Makanlah nak ibu tak lapar.”

PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.
Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami. Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yang mengundang selera. Sewaktu saya memakan ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi. Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yg belum saya makan kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya.
Ibu berkata : “Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.
Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang. Suatu saat, pada dinihari lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur. Saya melihat ibu membuat kue dengan ditemani lilin di hadapannya. Beberapa kali saya melihat kepala ibu terangguk karena ngantuk. Saya berkata : “Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan pergi ke kebun pula.”
Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, ibu belum ngantuk.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.
Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati. Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu terus sabar menunggu saya di luar. Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya komat-kamit berdoa kepada Illahi agar saya lulus ujian dengan cemerlang. Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya. Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum.
Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : “Minumlah nak, ibu tak haus!!”

PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.
Setelah ayah meninggal karena sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga. Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue-kue agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu. Para tetangga sering kali menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga. Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka.
Ibu berkata : “Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu laki-laki.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.
Setelah kakak-kakak saya tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak-kakak saya menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah. Tidak lagi bersusah payah untuk mencari uang. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras tidak mau menerima uang tersebut.
Malah ibu mengirim balik uang itu,
dan ibu berkata : “Jangan susah-susah, ibu ada uang.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.
Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di luar Negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar. Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai sekolah saya di luar negeri. Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negara. Menurut hemat saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya.
Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; “Tak usahlah nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.
Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin. Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku karena terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menggerogoti tubuh ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus. Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam keadaan seperti ini.
Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : “Jangan menangis nak, ibu tak sakit.”

PEMBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya untuk terakhir kali. Anda beruntung karena masih mempunyai ibu dan ayah. Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang, dan berkata, ‘Ibu,saya sayang ibu.’ Tapi tidak saya, hingga kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat karena biarpun saya mengasihi ibu lebih dari segala-galanya, tapi tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata itu ke telinga ibu, sampailah saat ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu…..

PESAN Sayangilah Ibu & Ayahmu selagi mereka masih hidup dan selagi kamu masih diberi umur oleh-Nya

Minggu, 03 Juli 2011

Kisah Berkat Di Balik Membaca Basmallah

Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan.
Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia
hendak memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.
Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."

Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang aman, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang
disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan
padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.

Jumat, 01 Juli 2011

KISAH LIMA PERKARA ANEH

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah
berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu
dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi
diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi
menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat (hadapi)
maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan
engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang
pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil
berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang
mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia
menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka
Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis
bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah
lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas
itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan
perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari
tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar
seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah,
tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan
dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang
menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar
burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan
harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat
keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan
kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi
dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan
satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan
menghidu bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka
kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata,
"Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam
mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini."

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa, "Yang pertama engkau makan
itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukittetapi pada akhirnya jika bersabar
dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis
daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua.
Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu
kepadanya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah
(menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul
membuat ghibah."

Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab
kelima-lima perkara ini sentiasa saja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang
tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang
itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahwa kata-mengata hal seseorang itu
akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada
seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia
bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan
di dunia dulu."

Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu."
Dengan ini haruslah kita sedar bahwa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi
kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan
mengata hal orang walaupun ia benar.

Rabu, 22 Juni 2011

GURAU DAN CANDA RASULULLAH SAW

Rasulullah s.a.w. bergaul dengan semua orang. Baginda s.a.w menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Rasulullah s.a.w. bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Rasulullah s.a.w. tidak berkata kecuali yang benar saja.
Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata, "Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta", katanya. "Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta", kata Rasulullah s.a.w.. "Ia tidak mampu", kata perempuan itu. "Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta"."Ia tidak mampu".Para sahabat yang berada di situ berkata, "Bukankah unta itu juga anak unta?" Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah s.a.w.:"Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu". "Semoga suamimu yang dalam matanya putih", kata Rasulullah s.a.w. Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, "Kenapa kamu ini?". "Rasulullah s.a.w. memberitahu bahawa dalam matamu putih", kata isterinya menerangkan. "Bukankah semua mata ada warna putih?" kata suaminya.

Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah s.w.t. agar aku dimasukkan ke dalam syurga". "Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua". Perempuan itu lalu menangis. 
Rasulullah s.a.w. menjelaskan, "Tidakkah kamu membaca firman Allah s.w.t. ini: "Serta kami telah menciptakan isteri-isteri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya". Para sahabat Rasulullah s.a.w. suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na'im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.

Jumat, 17 Juni 2011

FATIMAH AZ-ZAHRA Rha dan GILINGAN GANDUM

Suatu hari masuklah Rasulullah s.a.w. menemui anakdanya Fathimah az-zahra rha. Didapatinya anakdanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah s.a.w. bertanya pada anandanya, "Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Rasulullah s.a.w. tidak menyebabkan matamu menangis". Fathimah rha. berkata, "Ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang menyebabkan ananda menangis". Lalu duduklah Rasulullah s.a.w. di sisi anakdanya. Fathimah rha. melanjutkan perkataannya, "Ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah". Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah s.a.w. mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim". Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah s.w.t.            

Rasulullah s.a.w. meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah s.w.t. dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya. 

Rasulullah s.a.w. berkata kepada gilingan tersebut, "Berhentilah berputar dengan izin Allah s.w.t.", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah s.w.t. yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, "Ya Rasulullah s.a.w. , demi Allah s.w.t. Tuhan yang telah menjadikan Baginda s.a.w. dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah Baginda s.a.w. menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah s.w.t.suatu ayat yang bermaksud:"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan".  Maka hamba takut, ya Rasulullah s.a.w. kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah s.a.w.  kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "Bergembiralah kerana engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam syurga". Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia. Rasulullah s.a.w.  bersabda kepada anakdanya, "Jika Allah s.w.t. menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah s.w.t. menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah s.w.t. menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat".  "Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka Allah s.w.t. menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah s.w.t. akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah s.w.t. akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat".  "Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridha denganmu tidaklah akan aku doakan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahawa ridha suami itu daripada Allah s.w.t. dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah s.w.t.?. Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah s.w.t. akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah s.w.t. mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah s.w.t. yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga, dan Allah s.w.t. akan mengkurniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat."  Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah s.w.t. akan mengampuni dosa-dosanya semua dan  Allah s.w.t. akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan  Allah s.w.t. untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka  Allah s.w.t. akan memandangnya dengan pandangan rahmat. Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), "Teruskanlah 'amalmu maka  Allah s.w.t.telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang". Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka  Allah s.w.t. akan memberinya minuman dari sungai-sungai syurga dan  Allah s.w.t.akan meringankan sakaratulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga serta  Allah s.w.t. akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

Selasa, 07 Juni 2011

JIBRIL as, KERBAU, KELELAWAR DAN CACING

Suatu hari Allah s.w.t. memerintahkan malaikat Jibril a.s. untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah s.w.t. sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril a.s. segera pergi menemui si Kerbau. 

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril a.s. mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "Hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah s.w.t. sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah s.w.t. yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, daripada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril a.s. segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril a.s. mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah gua. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "Hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah s.w.t. sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah s.w.t.yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril a.s. segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril a.s. bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah s.w.t. sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah s.w.t. yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal soleh ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya". 

Senin, 06 Juni 2011

KURMA MADINAH

Ketika Rasulullah s.a.w. memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. 

Musim kurma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim, akan tetapi Rasulullah s.a.w.dan para sahabatnya r.a. tetap berangkat. Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat r.a. agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat r.a. tetapi isteri para sahabat r.a. pun tidak luput dari hasutan mereka. 

Mereka para munafiqin itu berkata, "Suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja". Isteri-isteri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, "Pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang". Pada masa itu Rasulullah s.a.w. dan para sahabat r.a. dengan pertolongan Allah s.w.t. kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah s.w.t. menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, kebun mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat r.a. tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.