Free Domain Name

Minggu, 19 Februari 2012

Di Bawah Kibaran Jilbab


Sebelum lebih jauh, mari kita renungi lagi perintah mengenakan hijab bagi seorang muslimah:
“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin lainnya, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab (33): 59)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Saudariku..
Perintah mengenakan jilbab merupakan perintah Allah secara langsung kepada semua muslimah. Namun, walaupun hal demikian adalah perintah Tuhan secara langsung yang bertujuan untuk kebaikan dan kehormatan diri seorang muslimah, kebebasan untuk melaksanakan perintah tersebut membutuhkan perjuangan yang ekstra. Kebebasan mengenakan Pakaian takwa ini banyak dihalang-halangi oleh skandal-skandal tertentu yang tidak mengerti islam secara kaffah (menyeluruh).
Tahukah kalian bahwa berkibarnya jilbab di tanah air ini sebelumnya memerlukan pengorbanan??
Pengorbanan yang mungkin mempertaruhkan nyawa dan harga diri demi sebuah hijab sebagai bentuk kecintaan kepada Allah semata..
Sungguh, kebebasan menutup aurat (jilbab) yang kita rasakan sekarang adalah bentuk upaya mereka yang memperjuangkan hak-hak muslimah di tanah air..
Berikut ini awal mula jilbab berkibar di Indonesia:
Berkibarnya jilbab di bumi pertiwi telah melewati sejarah luka yang panjang dan lama. Sekitar tahun 1980-an, ribuan mahasiswi dan pelajar berjilbab membanjiri jalanan di berbagai kota besar. Mereka memprotes keputusan yang melarang jilbab di sekolah.
Revolusi jilbab di Indonesia bermula tahun 1979. Siswi-siswi berkerudung di SPG Negeri Bandung hendak dipisahkan pada lokal khusus. Mereka langsung memberontak atas perlakuan diskriminasi terhadap jilbabnya. Ketua MUI Jawa Barat turun tangan hingga pemisahan itu berhasil digagalkan. Ini adalah kasus awal dari rentetan panjang sejarah jilbab di bumi persada.
Selanjutnya tanggal 17 Maret 1982 keluar SK 052/C/Kep/D.82 tentang seragam sekolah nasional oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah , Prof. Darji Darmodiharjo, S. H. Pelaksanaan terhadap surat keputusan itu malah berujung pada larangan terhadap jilbab. Maka meledaklah demo barisan pembela jilbab di seantero Indonesia.
Ketika itu tengah gencar-gencarnya penggusuran jilbaber dari bangku pelajaran. Para muslimah terpaksa hengkang dari studi demi konsisten menjalankan syariat. Mereka yang diusir dari sekolah, bahkan menggelar perkara ini sampai ke pengadilan.
Belum reda perjuangan jilbab di sekolah-sekolah, muncul fitnah baru di penghujung 1989. Jilbab penebar racun!? Ny. Fadillah berbelanja di Pasar Rawu, diserang tiba-tiba, diteriaki dan dituduh penebar racun. Orang-orang yang tersulut emosi langsung merajam wanita itu hingga hampir meninggal dunia. Para muslimah menjadi takut keluar rumah. Hingga kembali digelar tabligh akbar lautan pendukung jilbab.
Korban demi korban terus berjatuhan tetapi semangat berbusana takwa makin berkobar hebat. Akhirnya, kebenaran tidak bisa lagi dihempang, aturan Tuhanlah yang maha benar. Unjuk rasa, protes, demonstrasi dan dialog intensif serta jalur hukum sampailah di saat yang berbahagia. Seiring keluarnya SK Dirjen Dikdarmen No. 100/C/Kep/D/1991 jilbab lengkap dengan busana menutup auratnya dinyatakan ‘halal’ masuk sekolah. Allahu Akbar!!??!!
Sumber: Hemdi, Yoli. 2005. Ukhtiy… Hatimu di Jendela Dunia (Sebuah Torehan Wajah Perempuan dan Peristiwa). Zikrul Media Intelektual: Jakarta Timur
Saudariku…
Buah perjuangan merekalah yang kita nikmati sekarang, di mana-mana disaksikan lautan jilbab. Busana yang memancarkan pesona ‘dalam’ yang kuat. Pakaian takwa yang berfungsi sebagai benteng kehormatan diri.
Saudariku …
Saya sangat yakin, bahwa kita semua sebagai seorang muslimah, diminta mencopot jilbab bagaikan memaksa telanjang di depan umum. Jilbab bukan sekedar urusan busana, tetapi melambangkan keislaman seorang perempuan. Sekaligus sebagai simbol kesalehan dan ketaatan kita kepada Allah.
Saudariku…
Pakaian takwa bukan hanya sekedar pembungkus tubuh. Busana adalah ekspresi jiwa terhadap identitas pemakainya. Ia merupakan kemasan apik dari pribadi luhur pemakainya. Sosok muslimah berpakaian takwa bagaikan oase penyejuk di tengah panasnya bisnis obral aurat. Jilbab ini telah menuntun kita tidak menjadi golongan dari mereka. Peliharalah hijab kita ini hingga kita bertemu Allah. Hijab yang akan membuat kita berucap bangga ketika bertemu Allah “semua yang kulakukan di dunia ini adalah sebagai pertanda rasa cintaku yang besar kepada-Mu yaa Rabb”.
Saudariku …
Jangan dianggap jilbab malah membuat kita terkesan tidak menarik. Muslimah berjilbab memberikan kesan khusus terhadap lawan jenis. Pribadi yang menimbulkan citra tentang sesuatu yang berharga, makin banyak yang tertutupi makin menariklah ia. Ibarat mutiara yang mempunyai banyak sudut, di mana tiap-tiapnya memancarkan pesona yang berbeda. Keanggunan yang membuat hati tertawan, sehingga kegelapan berubah kegemilangan. Wanita shalihah semakin lama kian bertambah keindahan dari perhiasan budi pekertinya. Sementara muslimah sejati cemerlang dengan inner beauty dari hijabnya, cantik hingga ke hatinya.
Yakinlah saudariku..
Keribetan kita di dunia akan hijab ini akan dibalas kemudahan oleh Allah di akhirat..
Ingatlah sebuah hadits yang memposisikan keutuhan suatu Negara berdasarkan wanita di dalamnya:
“Wanita adalah tiang Negara, jika rusak, maka Negara juga akan rusak, dan jika baik, Negara juga kan menjadi baik”.
Betapa besarnya peran kita sebagai seorang muslimah. Peran yang bisa menghantarkan keutuhan suatu Negara ataupun keruntuhan suatu Negara. Jagalah selalu hijab ini karena dengan demikian kita tidak akan termasuk wanita yang menghancurkan Negara. (Aamiiinn)
Satu lagi hiasan kalimat yang sangat saya senangi: “Banyak pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang tertinggi. Selalu ada perempuan kuat dibalik lelaki hebat. Entah itu berperan sebagai ibu, istri, kekasih, atau sahabat. Karena itu, ia dianggap sebagai tonggak-tonggak penyangga sebuah peradaban”.
“Jagalah selalu jilbabmu Ukhti, karena itu sungguh nyaman, tenteram, anggun, cantik, mempesona dan tentunya sejuk di mata.”
Teruntuk semua muslimah kebanggaan Islam dan penggerak peradaban ^_^


Jumat, 17 Februari 2012

Ada “Mekah” di Kota London


“Mekah” sudah berada di tengah kota London, karena umat Islam melaksanakan Shalat Jumat di sebuah jalan di London akibat masjid sudah tidak dapat menampung mereka, demikian laporan harian terkemuka di London “The Daily Mail”, akhir pekan.
Dalam artikel bertajuk “The Mecca of the city: In a London street, the faithful find a way to pray as their mosque overflows”, harian itu melaporkan banyak orang yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada hari Jumat.
Mereka melihat banyak orang berdoa bersama di luar dan hal itu bukanlah pemandangan sehari-hari di Inggris. Dalam bayangan gedung pencakar langit dan ruang kaca serta baja di Mile Square, London, ratusan umat Muslim berlutut di jalanan melaksanakan Shalat Jumat.
Selama satu jam dari jantung distrik keuangan kota London, ternyata kegiatan itu menjadi sangat populer, sehingga jamaah memenuhi jalan-jalan di sekitar masjid komunitas kecil.
Para pekerja di kota ada dalam setelan jas berbaur dengan umat Muslim dari komunitas lokal Bangladesh itu pun tumpah sampai ke jalan-jalan di samping Bentley dan daerah perparkiran mobil.
Masjid Brune Street, di Spitalfields, London Timur, merupakan masjid terdekat untuk Shalat Jumat bagi pekerja di City dan juga banyak yang datang dari Brick Lane dan Whitechapel.
Para pekerja profesional mengisi jalan di bawah gedung perkantoran yang menjulang tinggi, umat Muslim tanpa sepatu melakukan Shalat Jumat dan bersujud menghadap ke Mekkah.
Masjid Brune Street, di Spitalfields, London Timur, merupakan masjid terdekat untuk Shalat Jumat bagi pekerja Kota London dan juga yang bekerja di daerah Brick Lane dan Whitechapel.
Dalam ruangan masjid yang hanya dapat menampung 100 orang pada hari Jumat, sekitar 300 umat Muslim yang bekerja di sekitar gedung bermunculan berbaur bersama penduduk setempat yang juga ingin menjalani Shalat Jumat, sehingga meluber.
Salah seorang pekerja yang mengenakan jas, setelah melaksanakan Shalat Jumat menyebutkan bahwa mereka yang ingin melakukan Shalat Jumat pada setiap tahun terus berkembang.
“Itu tumbuh dan berkembang dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Awalnya, hanya dimulai dalam satu ruangan di masjid, tapi sekarang orang-orang datang dari seluruh penjuru kota, karena tidak tersedia tempat bagi mereka di dalam gedung untuk melaksanakan Shalat Jumat.
“Anda mendapatkan seluruh masyarakat, semua orang dari anak laki-laki di City sampai pada masyarakat sekitar di daerah setempat melaksanakan Shalat Jumat. Sangat menyenangkan berada di luar pada hari seperti hari ini, tapi tidak begitu menyenangkan saat hujan,” ujarnya.
“Banyak orang yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada hari Jumat, karena mereka melihat banyak orang berdoa bersama di luar. Anda tidak akan mengetahui, kecuali Anda mencari untuk itu, tapi mereka melaksanakan shalat tepat di tengah Kota,” katanya. (ZG/E011) (B Kunto Wibisono/Ant)