Free Domain Name

Sabtu, 28 Mei 2011

PANGLIMA ROMAWI YANG BERTOBAT

Dalam kegemparan terjadinya peperangan Yarmuk, salah seorang panglima Romawi yang bermana George memanggil Khalid bin Walid. Kedua orang panglima itu saling mendekat sampai kedua kepala kuda mereka saling bertemu. Kepada Khalid, George bertanya: "Wahai Khalid, aku meminta kamu berbicara dengan jujur dan jangan berdusta sedikitpun, kerana Tuhan Yang Maha Mulia tidak pernah berdusta, dan jangan pula kamu menipuku, karana sesungguhnya orang yang beriman itu tidak akan berdusta di sisi Allah." 

"Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan," kata Khalid. 
"Apakah Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW sebuah pedang dari langit kemudian diberikannya kepadamu sehingga jika kamu pakai pedang itu untuk berperang, pasti kamu akan menang?" 
"Tidak!" Jawab Khalid. 
"Apakah sebabnya kamu digelar dengan Saifullah (Pedang Allah)?" Tanya George. 
Khalid menjawab: "Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, seluruh kaumnya sangat memusuhinya termasuk juga aku, aku adalah orang yang paling membencinya. Setelah Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, maka aku pun masuk Islam. Ketika aku masuk Islam Rasulullah SAW menerimaku dan memberi gelaran kepadaku "Saifullah" (pedang Allah)." 

"Jadi tujuan kamu berperang ini untuk apa?" Tanya George. "Kami ingin mengajak kamu supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah dan kami juga ingin mengajak kamu untuk mempercayai bahwa segala apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah benar." Jawab Khalid. 
George bertanya: "Apakah hukumannya bila orang itu tidak mahu menerimanya?" Jawab Khalid: "Hukumannya adalah harus membayar jizyah, maka kami tidak akan memeranginya." 

"Bagaimana kalau mereka tidak mahu membayar?" Tanya George. 
"Kami akan mengumumkan perang kepadanya," kata Khalid bin Walid. 
George bertanya: "Bagaimanakah kedudukannya jika orang masuk Islam pada hari ini?" 
Khalid menjawab: "Di hadapan Allah SWT, kita akan sama semuanya, baik dia orang yang kuat, orang yang lemah, yang dahulu maupun yang kemudian masuk Islam." 
"Apakah orang dahulu masuk Islam kedudukannya akan sama dengan orang yang baru masuk?" Tanya George. 
Khalid menjawab: "Orang yang datang kemudian akan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang terdahulu, sebab kami yang terlebih dahulu masuk Islam, menerima Islam itu ketika Rasulullah SAW masih hidup dan kami dapat menyaksikan turunnya wahyu kepada baginda. Sedangkan orang yang masuk Islam kemudian tidak menyaksikan apa yang telah kami saksikan. Oleh kerana itu siapa saja yang masuk Islam yang datang terakhir maka dia akan lebih mulia kedudukannya, sebab dia masuk Islam tanpa menyaksikan bukti-bukti yang lebih meyakinkannya terlebih dahulu." 

George bertanya: "Apakah yang kamu katakan itu benar?" "Demi Allah, sesungguhnya apa yang aku katakan itu adalah benar,"jawab Khalid. 
George berkata: "Kalau begitu aku akan percaya kepada apa yang kamu katakan itu, mulai saat ini aku bertaubat untuk tidak lagi memusuhi Islam dan aku menyatakan diri masuk ke dalam agama Islam, wahai Khalid tolonglah ajarkan aku tentang Islam." 

Lalu Khalid bin Walid membawa George ke dalam khemahnya, kemudian menuangkan air ke dalam timba untuk menyuruh George bersuci dan mengerjakan solat dua rakaat. 

Ketika Khalid bersama dengan George masuk ke dalam khemah, maka tentara Romawi mengadakan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam. Setelah selesai mengerjakan solat, maka Khalid bin Walid bersama dengan George dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu kaum Muslimin mengerjakan solat Zohor dan Asar dengan isyarat saja. 

Dalam pertempuran itu, George yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan solat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keIslamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya. Semoga Allah menempatkan George ke dalam golongan orang-orang yang mati syahid. Amin.

Senin, 23 Mei 2011

TSA'LABAH BIN ABDURRAHMAN RA

Seorang pemuda dari kaum anshar yang bernama Tsa'labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah saw. dan cekatan. Suatu ketika Rasulullah saw. mengutusnya untuk suatu keperluan. Dalam perjalanannya dia melewati rumah salah seorang dari Anshar, maka terlihat dirinya seorang wanita Anshar yang sedang mandi. Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah saw. menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur. 

Dia menuju ke sebuah gunung yg berada diantara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya.Selama empat puluh hari Rasulullah saw. kehilangan dia. Lalu Jibril alaihissalam turun kepada Nabi saw. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, `Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.'"

Maka Nabi saw. berkata, "Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa'laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari." 

Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah. Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah. 

Umar bertanya kepadanya, "Apakah engkau tahu seorang pemuda di antra perbukitan ini?" 
Penggembala itu menjawab, "Jangan-jangan yg engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?"
"Bagaimana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka Jahanam?" tanya Umar.

Dzaufafah menjawab, "Karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan!"
"Ya, dialah yg kami maksud," tegas Umar. Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.
Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!" 

Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya. Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?"
"Aku tidak tahu, yg jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu." 
Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan salat"
Ketika mereka menemukan Rasulullah saw. tengah melakukan salat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa'laba mendengar bacaan Nabi saw, dia tersungkur pingsan. 

Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, "Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa'labah?" 
Keduanya menjawab, "Ini dia, wahai Rasulullah saw!" Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa'labah yg membuatnya tersadar. 
Rasulullah saw. berkata kepadanya, "Mengapa engkau menghilang dariku?" 
Tsa'labah menjawab, "Dosaku, ya Rasulullah!" 
Beliau mengatakan, "Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yg apat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?"

"Benar, wahai Rasulullah." 
Rasulullah saw. bersabda, "Katakan… Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka." (QS al-Baqarah:201)
Tsa'labah berkata, "Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar." 
Beliau bersabda,"Akan tetapi kalamullah lebih besar." 
Kemudian Rasulullah menyusul agar pulang kerumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari. Mendengar Tsa'labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah saw. lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa'labah? Deia sekarang sedang sakit keras." 

Maka Rasulullah saw. datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa'labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa'labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau."
Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?" tanya Rasulullah saw.
"Karena penuh dengan dosa." Jawabnya

Beliau bertanya lagi, "Bagaimana yang engkau rasakan?"
"Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku." Jawab Tsa'labah. 
Beliau bertanya, "Apa yang kau inginkan?"
"Ampunan Tuhanku." Jawabnya.

Maka turunlah Jibril as. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, `Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.' 
Maka segera Rasulullah saw. membertahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa'labah dan langsung ia meninggal.Lalu Rasulullah saw. memerintahkan agar Tsa'labah segera dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai menyalatkan, Rasulullah saw. berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat." Beliau bersabda, "Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Karena, banyaknya malaikat yang turut melayat Tsa'labah."

Minggu, 22 Mei 2011

KISAH ABU YAZID SANG RAJA PARA MISTIK

Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negeri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah." 

MASA REMAJA
Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri. 

Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku". 

Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"

"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata". 

"Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh. 

Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh. 

Kejadiannya adalah sebagai berikut:Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur"."malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tangaku kaku.

"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya.
"Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka"
"Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali". 

(Wahai ingatkah kita di Qur'an Surat Al-Baqoroh 255) Sedang Alloh tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Mengapakah kita masih sering terlena?? 

Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu".

"Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid.
"Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?"
"Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela.Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini"."Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai". 

(Wahai, bagaimanakah saat kita sholat? Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa?) Mengapakah masih peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur kemana-mana, hati masih diskusi sendiri?" Celakalah engkau yang sholat, yaitu engkau yang di dalam sholatmu lalai" Fawailulil musholin aladzinahum ansholatihim sahun". "Inna sholati li dzikri" 

Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya.
"Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya"
Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu. 

(syari'at tanpa hakekat adalah kosong sedang hakekat tanpa syari'at adalah batal) 

Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.
"Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya. 

(Lihatlah do'a Nabi Adam atau do'a Nabi Yunus a.s"Laa ilaha ila anta Subhanaka inni kuntum minadholimin", Tidak ada tuhan melainkan engkau yaa Alloh, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do'a Abunawas,' Ya Alloh kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga. 

Tetapi kalau aku kau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Alloh, maka terimalah saja taubatku) 

Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat". 

Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjung an ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah". 

Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya 

"Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang.
"Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban.
"Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku". 

Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku" 

"Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya. 

Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya". 

Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.
Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".
Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut.

"Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda.
"Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya. 
"Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?" 

(Menuruti orang itu memang nggak ada benernya, seperti kisah Luqman saat mendidik anaknya, diajaknya anaknya kepasar dengan membawa keledai. Awalnya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah di suatu desa. Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." . "Catat itu anakku "kata Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan keledai. Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu melihat mereka dengan mencemooh,"Lihat itu , jaman sudah edan, itulah contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai, sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti ini"."Catat itu anakku", kata Luqman lagi. 

Kini, dua-duanya berjalan kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki. Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu mencemooh,"Lihat itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada tunggangan keledai dibiarkan saja"."Catat itu anakku"kata Luqman . Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat mereka dan mencemooh,"Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya." Lukman berkata pada anaknya" Catat itu waahai anakku. Kalau engkau menuruti omongan orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka kuatkanlah keyakinanmu.) 

MI'ROJ
Abu Yazid mengisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Alloh setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluq-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasiaNya dan menunjukkan kebesaranNya kepadaku. 

Setelah menatap Alloh akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan CahayaNya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaranNya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaanNya. Di dalam Alloh segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan cemar. 

Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Alloh. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaranNya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena kemahakuasaanNya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Alloh, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepadaNya.
Aku bertanya, "Ya Alloh, apakah ini?"

Dia menjawab, "Semuanya adalah Aku, tidak ada sesuatupun juga kecuali Aku. Dan sesungguhnya tidak ada wujud selain wujudKu"Kemudian Ia menjahit mataku sehingga aku tidak dapat melihat. Dia menyuruhku untuk merenungi akar permasalahan, yaitu diriNya sendiri. Dia meniadakan aku dari kehidupanNya sendiri, dan Ia memuliakan diriku.
Kepadaku dibukakanNya rahasia diriNya sendiri sedikitpun tidak tergoyahkan oleh karena adaku. Demikianlah Alloh, Kebenaran Yang Tunggal menambahkan realitas kedalam diriku. Melalui Alloh aku memandang Alloh, dan kulihat Alloh didalam realitasNya. 

Di sana aku berdiam dan beristirahat untuk beberapa saat lamanya. kututup telinga dari derap perjuangan. Lidah yang meminta-minta kutelan ke dalam tenggorokan keputusasaan. Kucampakkan pengetahuan yang telah kutuntut dan kubungkamkan kata hati yang menggoda kepada perbuatan-perbuatan aniaya. Di sana aku berdiam dengan tenang. Dengan karunia Alloh aku membuang kemewahan-kemewahan dari jalan yang menuju prinsip-prinsip dasar. 

Alloh menaruh belas kasih kepadaku. Ia memberkahiku dengan pengetahuan abadi dan menanam lidah kebajikanNya ke dalam tenggorokanku. Untuk diciptakanNya sebuah mata dari cahayaNya, semua makhluk kulihat melalui Dia. Dengan lidah kebajikan itu aku berkata-kata kepada Alloh, dengan pengetahuan Alloh kuperoleh sebuah pengetahuan, dan dengan cahaya Alloh aku menatap kepadaNya. 

Alloh berkata kepadaku, "Wahai engkau yang tak memiliki sesuatupun jua namun telah memperoleh segalanya, yang tak memiliki perbekalan namun telah memiliki kekayaan". 

"YaAlloh"jawabku" Jangan biarkan diriku terperdaya oleh semua itu. Jangan biarkan aku puas dengan diriku sendiri tanpa mendambakan diri Mu. Adalah lebih baik jika Engkau menjadi milikku tanpa aku, daripada aku menjadi milikku sendiri tanpa Engkau.Lebih baik jika aku berkata-kata kepadaMu melalui Engkau, daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau". 

Alloh berkata, "Oleh karena itu perhatikanlah hukumKu dan janganlah engkau melanggar perintah serta laranganKu, agar Kami berterima kasih akan segala jerih payahmu" 

"Aku telah membuktikan imanku kepadaMu dan aku benar-benar yakin bahwa sesungguhnya Engkau lebih pantas untuk berterimakasih kepada diriMu sendiri dari pada kepada hambaMu. Bahkan seandainya Engkau mengutuk diriku ini, Engkau bebas dari segala perbuatan aniaya" 

"Dari siapakah engkau belajar?", tanya Alloh.

"Ia Yang Bertanya lebih tahu dari ia yang ditanya",jawabku," karena Ia adalah Yang Dihasratkan dan Yang Menghasratkan, Yang Dijawab dan Yang Menjawab, Yang Dirasakan dan Yang Merasakan, Yang Ditanya dan Yang Bertanya". 

Setelah Dia menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku mendengar seruan puas dari Aloh. Dia mencap diriku dengan cap kepuasanNya. Dia menerangi diriku, menyelamatkan diriku dari kegelapan hawa nafsu dan kecemaran jasmani. Aku tahu bahwa melalui Dialah aku hidup dan karena kelimpahanNya-lah aku bisa menghamparkan permadani kebahagiaan di dalam hatiku. 

"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki", kata Alloh. "Engkaulah yang kuinginkan",jawabku, "karena Engkau lebih dari kemurahan dan melalui Engkau telah kudapatkan kepuasan di dalam Engkau. Karena Engkau adalah milikku, telah kugulung catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan. Janganlah Engkau jauhkan aku dari diriMu dan janganlah Engkau berikan kepadaku sesuatu yang lebih rendah daripada Engkau". 

Beberapa lama Dia tak menjawab. Kemudian sambil meletakkan mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku, berkatalah Dia,:"Kebenaranlah yang engkau ucapkan dan realitaslah yang engkau cari, karena itu engkau menyaksikan dan mendengarkan kebenaran". "Jika aku telah melihat".,kataku pula, "melalui Engkau-lah aku melihat, dan jika aku telah mendengar, melalui Engkaulah aku mendengar. Setelah Engkau, barulah aku mendengar". 

Kemudian kuucapkan berbagai pujian kepadaNya. Karena itu Ia hadiahkan kepadaku sayap keagungan, sehingga aku dapat melayang-layang memandangi alam kebesaranNya dan hal-hal menakjubkan dari ciptaanNya. Karena mengetahui kelemahanku dan apa-apa yang kubutuhkan, maka Ia menguatkan diriku dengan perhiasan-perhiasanNya sendiri. 

Ia menaruh mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan membuka pintu istana ketauhidan untukku. Setelah Ia melihat betapa sifat-sifatku tauhid ke dalam sifat-sifaNya, dihadiahkanNya kepadaku sebuah nama dari hadiratNya sendiri dan berkata-kata kepadaku dalam wujudNya sendiri. Maka terciptalah Tauhid Dzat dan punahlah perpisahan. 

"Kepuasan Kami adalah kepuasanmu", kataNya, "dan kepuasanmu adalah kepuasan Kami. Ucapan-ucapanmu tak mengandung kecemaran dan tak seorangpun akan menghukummu karena ke-aku-anmu". 

Kemudian Dia menyuruhku untuk merasakan hunjaman rasa cemburu dan setelah itu Ia menghidupkan aku kembali. Dari dalam api pengujian itu aku keluar dalam keadaan suci bersih. Kemudian Dia bertanya,: "Siapakah yang memiliki kerajaan ini"
"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kekuasaan?"

"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kehendak?"
"Engkau", jawabku 

Karena jawaban-jawabanku itu persis seperti yang didengarkan pada awal penciptaan, maka ditunjukkanNya kepadaku betapa jika bukan karena belas kasihNya, alam semesta tidak akan pernah tenang, dan jika bukan karena cintaNya segala sesuatu telah dibinasakan oleh keMahaPerkasaanNya. Dia memandangku dengan mata Yang Maha Melihat melalui medium Yang Maha memaksa, dan segala sesuatu mengenai diriku sirna tak terlihat. 

Di dalam kemabukan itu setiap lembah kuterjuni. Kulumatkan tubuhku ke dalam setiap wadah gejolak api cemburu. Kupacu kuda pemburuan di dalam hutan belantara yang luas. Kutemukan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada kepapaan dan tidak ada yang lebih baik dari ketidak berdayaan (fana-red). Tiada pelita yang lebih terang dari pada keheningan dan tiada kata-kata yang lebih merdu dari pada kebisuan. Dan tiada pula gerak yang lebih sempurna dari pada diam. Aku menghuni istana keheningan, aku mengenakan pakaian ketabahan, sehingga segala masalah terlihat sampai keakar-akarnya. Dia melihat betapa jasmani dan rohaniku bersih dari kilasan hawa nafsu, kemudian dibukakanNya pintu kedamaian di dalam dadaku yang kelam dan diberikanNya kepadaku lidah keselamatan dan ketauhidan. 

Kini telah kumiliki sebuah lidah rahmat nan abadi, sebuah hati yang memancarkan nur ilahi, dan mata yang ditempa oleh tanganNya sendiri. Karena Dia-lah aku berbicara dan dengan kekuasaanNya-lah aku memegang. Karena melalui Dia aku hidup, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Menghidupi, maka aku tidak akan pernah mati. Karena telah mencapai tingkat keluhuran ini, maka isyaratku adalah abadi, ucapanku berlaku untuk selama-lamanya, lidahku adalah lidah tauhid dan ruhku adalah ruh keselamatan, ruh Islam,. Aku tidak berbicara mengenai diriku sendiri sebagai seorang pemberi peringatan. Dia-lah yang menggerakkan lidahku sesuai dengan kehendakNya, sedang aku hanyalah seseorang yang menyampaikan. Sebenarnya yang berkata-kata ini adalah Dia, bukan aku. 

Setelah memuliakan diriku Dia berkata, "Hamba-hambaKu ingin bertemu denganmu". "Bukanlah keinginanku untuk menemui mereka", jawabku. "Tetapi jika Engkau menghendakiku untuk menemui mereka, maka aku tidak akan menentang kehendakMu. Hiaslah diriku dengan ke-esaanMu, sehingga apabila hamba-hambaMu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaanMu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta semata-mata, bukan diriku ini". 

Keinginanku ini dikabulkanNya. DitaruhNya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku. 

Setelah itu Dia berkata, "temuilah hamba-hambaKu itu".Akupun berjalan selangkah menjauhi hadiratNya. Tetapi pada langkah yang kedua aku jatuh terjerumus. Terdengarlah seruan,: 

"Bawalah kembali kekasihKu kemari. Ia tidak dapat hidup tanpa Aku dan tidak ada satu jalanpun yang diketahuinya kecuali jalan yang menuju Aku". 

Setelah aku mencapai taraf tauhid Dzat-itulah saat pertama aku menatap Yang Esa-bertahun-tahun lamanya aku mengelana di dalam lembah yang berada dikaki bukit pemahaman. Akhirnya aku menjadi seekor burung dengan tubuh yang berasal dari ke-esa-an dan dengan sayap keabadian. Terus menerus aku melayang-layang di angkasa kemutlakan. Setelah terlepas dari segala sesuatu yang diciptakanNya, akupun berkata, " Aku telah sampai kepada Sang Pencipta. Aku telah kembali kepadaNya". 

Kemudian kutengadahkan kepalaku dari lembah kemuliaan. Dahagaku kupuaskan seperti yang tak pernah terulang di sepanjang zaman. Kemudian selama tiga puluh ribu tahun aku terbang di dalam sifatNya yang luas, tigapuluh ribu tahun di dalam kemuliaan perbuatanNya, dan selama tiga puluh ribu tahun di dalam keesaan DzatNya. Setelah berakhir masa sembilan puluh ribu tahun, terlihat olehku Abu Yazid, dan segala yang terpandang olehku adalah aku sendiri. 

Kemudian aku jelajahi empat ribu padang belantara. Ketika sampai diakhir penjelajahan itu terlihat olehku bahwa aku masih berada pada tahap awal kenabian. Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini". 

Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di tapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan. 

Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Alloh. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?. Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Alloh, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad. Walaupun aku telah berjumpa dengan Alloh, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad. 

Kemudian Abu Yazid berkata, "Ya Alloh, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepadaMu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?" 

Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad, si orang Arab. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya. 

Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak Muhammad. 

PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ 
Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?"
"Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga". 

Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu". 

Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam". 

Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan". 

Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:" Aku tidak mau mengganggu Syech Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini". 

Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata". 

"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya."Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya. 

"Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi". 

"Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu" 

Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu. 

Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?" 

Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya". 

Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid. 

"baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya. 

Hatim Tuli-salah seorang waliyulloh masa itu-, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku". 

Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku". 

ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau. 

Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu". 

"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati".

"Mengapa demikian?",tanya si murid.
"Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid.
"Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula.
"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid.
"Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".
"Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan".

"Maha besar Alloh!Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus simurid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu.
"Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh".
"Mengapa begitu?",tanya si murid.
"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?".

"Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan.
"Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan.
"Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya.
"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid.
(Duhai, sadarlah aku bahwa kesombongan dalam diriku begitu tebal, betapa pentingnya aku, betapa mulianya aku, betapa orang lain berada lebih rendah dari aku.....lihat nggantengku, lihat kekayaanku, lihat kepandaianku,...lihat kekuatanku....lihat kekuasaanku......! Besi mesti dipanasi untuk dijadikan pedang, besi mesti ditempa untuk dibuat menjadi tajam. Batu kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan Laa illaha ilalloh". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilalloh' ) 

"Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid. 

"Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu" 

"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam". 

"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh". 

Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?"
. "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru "Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini". 

"Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu 

RAJA PARA MISTIK". 

Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku". 

Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku". 

"Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku" 

Abu Yazid mengisahkan: 

Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku. 

Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku. 

"Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?" 

"Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?" 

"Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!" 

Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu. 

MASA AKHIR
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula. 

Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh: 

" Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu. 

Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan. 

Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu. 

Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M.

Jumat, 20 Mei 2011

ISRA BERSAMA RASULULLAH SAW KE LANGIT YANG PALING TINGGI

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas Ibnu Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Didatangkan untukku Buraq yang merupakan hewan putih, panjangnya diatas himar dan dibawah bagal, kukunya berada di akhir ujungnya. Beliau bersabda, `Aku segera menunggainya hingga tiba di Baitul Maqdis.' Beliau bersabda, `Lalu ia mengikatnya dengan tali (rantai) yang biasa dipakai oleh para nabi untuk mengikat.' Beliau melanjutkan, `Kemudian aku memasuki masjid (Baitul Maqdis) dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar. Lalu Malaikat Jibril a.s. mendatangiku dan menyodorkan dua buah gelas yang satu berisi khamar dan lainnya berisi susu. Aku memilih gelas yang berisi susu dan Jibril a.s. berkata, `Engkau telah memilih kesucian.'

Kemudian ia naik bersamaku ke langit yang pertama. Jibril meminta dibukakan pintu. Lalu (malaikat penjaga langit pertama) bertanya, `Siapakah kamu.' Jibril a.s. menjawab, `Jibril.' Kemudian ia ditanya lagi, `Siapakah yang besertamu?' Jibril a.s. menjawab, `Muhammad.' Malaikat itu bertanya, `Apakah kamu diutus?' Jibril menjawab, `Ya, aku diutus.' Lalu pintu langit dibukakan untuk kami. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Adam a.s. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Setelah itu Jibril a.s. naik bersamaku kelangit yang kedua dan meminta dibukakan pintu. Lalu pintu langit kedua dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan dua putra paman Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria a.s., keduanya menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik bersamaku ke langit yang ketiga dan meminta dibukakan pintu langit ketiga. Lalu pintu langit ketiga dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Yusuf a.s. yang telah dianugerahi sebagian nikmat ketampanan. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Kemudian Jibril a.s. naik bersamaku kelangit keempat dan meminta dibukakan pintu langit keempat. Lalu pintu langit keempat dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Idris a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah SWT berfirman, `Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.'

Setelah itu Jibril a.s. kembali naik bersamaku kelangit yang kelima dan meminta dibukakan pintu langit kelima. Lalu ia membukakan pintu langit yang kelima untuk kami, Di sana aku bertemu dengan Harun a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Malaikat Jibril a.s. kembali naik bersamaku ke langit yang keenam dan meminta dibukakan pintu untuk kami. Lalu ia membukakan pintu keenam untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Musa a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik lagi bersamaku ke langit yang ketujuh dan meminta dibukakan pintu langit ketujuh. Kemudian malaikat penjaga pintu langit ketujuh membukakan pintu untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim a.s. yang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak kembali kepadanya -sebelum menyelesaikan urusannya.

Setelah itu, ia pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata, daun-daunnya sebesar kuping gajah dan buah-buahannya menyerupai buah anggur. Begitu perintah Allah SWT menyelubunginya dan menyelubungi apa-apa yang akan diselubungi, ia segera berubah. Tidak ada seorang makhluk Allah pun yang mampu menyifati keindahan dan keelokannya. Lalu Allah Maha Agung mewahyukan apa-apa yang akan diwahyukan-Nya kepadaku dan mewajibkanku untuk mendirikan shalat lima puluh kali setiap hari sehari semalam. Setelah itu, aku turun menemui Musa a.s.. Ia bertanya kepadaku, `Apakah gerangan yang telah diwajibkan Allah SWT atas umatmu.' Aku menjawab,' Mendirikan shalat sebanyak lima puluh kali.' Kemudian ia berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah kepada-Nya keringanan. Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Sesungguhnya aku telah berpengalaman mencobanya kepada Bani Israel.' Beliau melanjutkan sabdanya, `Kemudian aku kembali kepada Rabb-ku dan memohon, `Wahai Rabb, berikanlah keringan untuk umatku.' Dan Ia mengurangi menjadi lima kali. Setelah itu, aku kembali menemui Musa a.s. dan kukatakan kepadanya, `Ia telah mengurangi menjadi lima kali.' Namun Musa a.s. kembali berkata, `Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Karena itu kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan.' Lalu aku bolak-balik bertemu antara Rabb-ku Yang Maha Tinggi dengan Musa a.s.. Lalu Dia berfirman, `Wahai Muhammad, sesungguhnya kelima shalat itu dilaksanakan setiap sehari semalam. Setiap shalat dihitung sepuluh yang berarti berjumlah lima puluh shalat. Barang siapa yang ingin melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melaksanakannya, maka Ku-tuliskan untuknya satu kebaikan. Dan jika ia mengerjakannya, maka Ku-tuliskan untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa ingin melakukan kejelekan kemudian tidak melakukannya, maka Aku tidak menulis apa-apa padanya. Dan jika ia mengerjakannya, maka Aku menuliskannya satu kejelekan.' Beliau kembali melanjutkan sabdanya, `Lalu aku turun hingga sampai kepada Musa a.s. dan memberitahukan hal tersebut. Musa a.s. berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan memohonlah keringanan.' Saat itu Rasulullah saw. bersabda, `Aku katakan kepadanya, `Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya.'"


Rabu, 18 Mei 2011

SEDEKAH

Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seseorang berkata, 'Sungguh saya akan menyedekahkan sesuatu pada malam ini.' Kemudian dia memberikan sesuatu itu pada tangan seorang pezina. Keesokan harinya orang-orang menceritakan bahwa dia bersedekah kepada seorang pezina. 
Orang itu berkata, 'Ya Allah, segala puji kepunyaan Engkau yang telah menetapkan sedekahku bagi pelacur. Sungguh saya akan bersedekah lagi pada malam ini.' Kemudian dia meletakkan di tangan orang kaya. 

Keesokan harinya orang-orang membicarakan bahwa pada malam itu dia bersedekah kepada orang kaya. Maka dia berkata, 'Ya Allah, kepunyaan Engkaulah segala puji yang telah menetapkanku bersedekah pada orang kaya. Sungguh, saya akan bersedekah lagi pada malam ini.' 
Kemudian, dia pergi dan menyimpan sedekah ditangan pencuri. Maka dia berkata, 'Ya Allah, kepunyaan Engkaulah segala puji yang telah menetapkanku sedekah bagi pezina, orang kaya dan pencuri.' 
Kemudian orang itu didatangi oleh seseorang seraya berkata kepadanya, 'Sedekahmu sudah diterima. Adapun sedekah yang sampai ke tangan pelacur, mudah-mudahan saja dia berhenti dari melacur; yang sampai orang kaya, mudah-mudahan saja dia mengambil pelajaran dan mau menginfakkan sebagian harta yang telah diberikan Allah kepadanya; dan yang sampai ke pencuri, mudah-mudahan saja menghentikan perbuatan mencurinya."

Selasa, 17 Mei 2011

ALLAH SEBAGAI SAKSI DAN PENJAMIN

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw., beliau bercerita, "Sesungguhnya ada seorang Bani Israel yang memohon kepada Bani Israel lainnya untuk meminjaminya uang seribu dinar. Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah saksi-saksi. Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai saksinya.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah seorang penjamin.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai penjamin.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Kamu benar.' Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo tertentu.

Peminjam uang pergi ke laut untuk memenuhi hajatnya. Kemudian dia merasa sangat membutuhkan perahu untuk mengantarkan uang pinjamannya yang sudah jatuh tempo pembayarannya. Namun, dia tidak menemukannya. Kemudian dia mengambil kayu dan melubanginya. Lalu dia memasukkan ke dalamnya uang seribu dinar berikut secarik tulisan yang ditujukan kepada pemilik uang. Kemudian melapisinya agar tidak terkena air. Lalu dia membawa kayu ke laut. Dia berkata, 'Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya telah meminjam uang seribu dinar kepada si Fulan. Dia meminta penjamin dariku, kemudian kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai penjamin, dan dia pun rela. Dia memintaku mendatangkan saksi, lalu kukatakan bahwa cukuplah Allah sebagai saksi, dan dia pun rela. Sesungguhnya aku telah berusaha untuk mendapatkan perahu yang akan kugunakan untuk mengantarkan uangku kepadanya, namun aku tidak mendapatkannya. Kini, kutitipkan uang itu kepada-Mu.' Kemudian dia melemparkan kayu itu hingga tenggelam. Dia pun pergi. Walau demikian, dia tetap berusaha mencari perahu yang menuju ke negeri orang yang meminjamkan.

Kini, orang yang meminjamkan uang pergi untuk menanti. Barangkali ada perahu datang membawa piutangnya. Tiba-tiba dia menemukan kayu yang berisi uang itu. Dia membawanya pulang sebagai kayu bakar untuk istrinya. Tatkala dia membelahnya, dia menemukan uang dan secarik pesan. Di lain pihak, si peminjam pun datang juga membawa seribu dinar. Dia berkata, 'Demi Allah, sebelum aku datang sekarang, aku senantiasa berusaha untuk mendapatkan perahu guna mengantarkan pinjaman kepadamu.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Apakah kamu mengirimkan sesuatu kepadaku?' Peminjam berkata, 'Bukankah telah kuceritakan kepadamu bahwa aku tidak menemukan perahu, sebelum saya mendapatkannya sekarang ini?' Orang yang meminjamkan berkata, 'Sesungguhnya Allah telah mengantarkan pinjamanmu yang kau taruh dalam kayu. Maka gunakanlah uangmu yang seribu dinar itu dengan baik.'"

Sanad riwayat ini sahih. Al-Bukhari meriwayatkan pula kisah ini dalam 
bentuk yang ketat.

Minggu, 15 Mei 2011

MALAIKAT YANG MENJELMA

"(Ingatlah), ketika malaikat berkata, 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam,seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk diantara orang-orang yang saleh."(Ali-Imran:45-46)

Pada saat itu, malaikat Jibril a.s. mengubah bentuknya menjadi manusia yang sangat sempurna, karenanya (Maryam) tidak dapat melihat Jibril a.s. dalam bentuk aslinya. Allah berfirman, "Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalamAl-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempatdi sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka.Lalu Kami utus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalambentuk) manusia yang sempurna." (Maryam: 16-17)

Ketika Maryam melihat seorang pemuda yang sangat tampan (penjelmaan malaikatJibril a.s.) di hadapannya, menembus tabir yang dibuatnya, ia mengira bahwa pemuda tampan itu ingin berbuat jahat kepadanya. Sementara, dia adalah seorang wanita bersih dan suci yang ditumbuhkan Allah SWT dengan pertumbuhan yang baik. Maka ia segera berlindung kepada Allah SWT, "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci," ujar Jibril a.s. "Bagaimanakah ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?," jawab Maryam tegas."Demikianlah Tuhanmu berfirman, 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami.Dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan,' jawab Jibril a.s.menjelaskan (Maryam: 18-21)

Kadang-kadang para malaikat mengubah bentuk sebagai orang biasa dan menemui sebagian manusia, guna memberikan kabar yang menggembirakannya dan melapangkan dadanya atas perbuatan dan tingkah lakunya yang baik serta karakteristiknya yang mulia.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu berkata, "Kemanakah engkau akan pergi?' Lelaki itu menjawab, 'Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi, 'Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?' Lelaki itu menjawab,
'Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.' Kemudian malaikat itu berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT yang diutus kepadamu, bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.'"

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.. Iamendengar Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang dari kalangan Bani Israel,yang pertama menderita kusta, kedua berkepala botak, dan ketiga matanya buta. Allah SWT ingin menguji mereka dengan mengutus salah seorang malaikat.Lalu malaikat itu (yang sudah mengubah bentuk menjadi manusia) mendatangi seorang yang menderita kusta itu sembari bertanya, 'Apakah gerangan yang engkau sukai?' Orang itu menjawab, 'Warna yang bagus, kulit yang mulus, dan sembuhnya penyakit yang membuat semua orang merasa jijik padaku.' Kemudian malaikat itu mengusapnya hingga penyakit yang membuat orang jijik padanya lenyap, serta memberinya warna yang bagus dan kulit yang mulus. Setelah itu malaikat bertanya lagi, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Orang itu menjawab, 'Seekor unta.' Lalu malaikat itu memberikan seekor unta betinayang sedang hamil tua seraya berkata, "Semoga Allah SWT, menganugerahkan berkah-Nya padamu dengan unta ini.'

Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak sambil bertanya,'Apakah gerangan yang engkau sukai?' Lelaki itu menjawab, 'Rambut yang bagus dan kesembuhan dari penyakit yang membuat orang jijik padaku.' Malaikatitu mengusapnya kemudian berlalu setelah memberinya rambut yang bagus. Lebih lanjut malaikat itu bertanya, 'Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelakiitu menjawab, 'Seekor sapi.' Malaikat itu memberinya seekor sapi yang sedang bunting seraya berujar, 'Semoga Allah menganugerahkan berkah-Nya kepadamu dengan seekor sapi ini.'

Setelah itu malaikat tersebut mendatangi orang yang buta dan berkata,'Apakah gerangan yang sangat engkau inginkan?' Lelaki buta menjawab, 'AllahSWT mengembalikan penglihatanku hingga aku bisa melihat manusia.' Malaikatitu mengusapnya dan kembalilah penglihatannya. Selanjutnya malaikat ituberkata, "Harta apakah yang engkau inginkan?' Lelaki itu menjawab, 'Seekorkambing.' Malaikat itu mengabulkannya dengan memberikan seekor kambing yang sedang bunting. Hewan yang ini melahirkan dan yang ini melahirkan. Akhirnya,orang ini memiliki lahan peternakan unta, orang ini memiliki lahan peternakan sapi dan orang ini memiliki lahan peternakan kambing.

Setelah itu malaikat mendatangi orang yang pernah menderita penyakit kusta dengan menyamar sebagai orang tua yang menderita kusta seraya berkata,'Seorang lelaki miskin yang hidup sebatang kara dalam perjalanan hidupnya.Hari ini ia tidak bisa memohon kepada siapa pun kecuali Allah SWT kemudian kepadamu. Aku meminta kepadamu apa-apa yang telah dianugerahkan (Allah SWT)kepadamu, warna yang bagus, kulit yang mulus, dan harta yang berupa unta untuk kelangsungan hidupku.' Lelaki itu berkata, 'Banyak sekali hak-hak yangkau minta.' Malaikat itu berkata, 'Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah engkau dulu juga seorang penderita kusta yang dikucilkan masyarakat. Saatitu engkau sangat miskin dan kemudian Allah SWT menganugerahkan kekayaan padamu?' 'Harta ini kuwarisi secara turun temurun,' ujar lelaki itu dengan sombong. 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWT mengembalikanmu seperti keadaan semula…."

Beliau melanjutkan, "Lalu malaikat itu mendatangi orang yang pernah menderita kebotakan dangan menyamar sebagai seorang lelaki botak seperti dirinya. Ia mengatakan seperti apa yang dikatakannya kepada lelaki yang menderita kusta di atas. Dan diapun menjawab seperti apa yang dijawab olehrekannya. Kemudian malaikat berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah SWTakan mengembalikanmu pada keadaanmu semula…'"

Beliau bersabda, "Setelah itu ia mendatangi orang yang pernah kehilangan penglihatannya dengan menyamar sebagai lelaki tua buta dan berkata, 'Seoranglelaki miskin dan Ibnu Sabil. Dalam perjalanan hidupku aku tidak lagi memiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Hari ini tidak ada seorangpun yang kuminta, kecuali Allah SWT kemudian kepadamu. Aku memintaatas nama yang mengembalikan penglihatanmu, seekor kambing guna kelangsungan hidupku. Lelaki itu berkata, 'Aku pernah mengalami kebutaan, lalu Allah SWT mengembalikan penglihatanku seperti sedia kala. Ambilah sesukamu dantinggalkan sesukamu. Demi Allah, hari ini aku tidak akan mempersulit segala sesuatu yang ingin kau ambil, demi Allah. (Yakni aku tidak akan mempersulitmu dengan menolak sesuatu yang ingin kau minta dan kau ambil).'Lalu malaikat itu berkata, 'Peliharalah apa-apa yang kau miliki.Sesungguhnya kalian telah diuji. Sesungguhnya Allah SWT meridhaimu dan memurkai kedua rekanmu.'"

Sabtu, 14 Mei 2011

KISAH QARUN

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku"

Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh…."

Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.

Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."

PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.

"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-`Ankabut: 39-40)

Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya."Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.'" (al-Mu'min:23-24)

Senin, 02 Mei 2011

Kisah Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW

Berkata Ibnu Mas’ud: “Rasulullah saw ketika mendekati ajalnya, beliau mengumpul kan kami semua di rumah Siti ‘Aisyah. Kami berkumpul, dan beliau memandang memperhatikan kami semua tanpa kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu beliau baru bersabda:
”Selamat datang untuk kalian semua, mudah-mudahan kalian di belas kasihi oleh Allah Ta’ala. Saya berwasiat supaya kalian bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya, karena sungguh sudah dekat perpisahan di antara kita, telah dekat pula waktunya kembali kepada Allah Taala yang menempati Surga-Nya. Kalau sudah datang ajalku, maka supaya Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. Setelah itu kalian keluar sejenak meninggalkan aku. Pertama kali yang menshalati aku adalah Allah Azza Wa Jalla, lalu malaikat Jibril, malaikat Israfil, malaikat Mikail, malaikat Izrail beserta pembantu-pembantunya, kemudian dilanjutkan oleh para malaikat semua. Sehabis itu kalian masuklah dengan berkelompok-kelompok, dan lakukan shalat untukku. Mendengar itu, seketika para shahabat menjerit histeris, menangis sambil berkata Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami kalau tuan sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan! Rasulullah Saw bersabda : ‘Sudah aku tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggal dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yakni Al Qur’an, dan yang diam saja ialah kematian Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat mati.” (Al Hadits)
Sehabis berwasiat demikian Rasulullah saw jatuh sakit tepat bulan Shafar selama 18 hari. Para shahabat sering menjenguknya. Dan penyakit yang diderita sejak pertama sakit sampai akhir hayatnya hanya pusing kepala.
Rasulullah saw terutus hari Senin, pun pula meninggal pada hari Senin. Tepat hari Senin sakit Rasulullah Saw semakin parah, dan sewaktu adzan shubuh, dia (Bilal selesai Adzan kemudian berkemas-kemas datang menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya meng- ucapkan Salam.
”Assalamu Alaikum, Ya Rasul!”
Dari dalam Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal. Kemudian Fathimah berkata kepada dia:
”Rasulullah saw tengah sibuk dengan dirinya.”
Bilal pun kembali ke masjid tanpa memikirkan dan memahami Fathimah. Tatkala shubuh semakin terang (Rasulullah saw belum jua datang) kembali Bilal menghampiri pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam seperti yang pertama. Rasulullah saw mendengar suara Bilal, (Bilal dipanggil menghadap), kemudian Rasulullah bersabda:
”Masuklah wahai Bilal: ’Sesungguhnya keadaanku sangat sibuk mengurusi diriku sendiri, di mana penyakitku rasanya semakin bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar (menjadi imam) shalat berjama’ah dengan orang-orang yang hadir.’
Kemudian keluar seraya menangis dengan telapak tangan diletakkan di atas kepala sambil mengeluh: ”Wahai nasib, susah, sungguh, putus harapan, telah putus hilang sasaran tujuan, andaikan ibuku tidak melahirkan aku …’. Bilal pun terus memasuki rnasjid sambil berkata: ‘Hai Abu Bakar, sesungguhnya engkau diperintah Rasulullah saw (menjadi imam) shalat berjama’ah dengan yang hadir, karena beliau sibuk mengurusi dirinya sendiri yang dalam keadaan sakit.”
Tapi ketika Abu Bakar melihat mihrob masih kosong dengan tidak hadirnya Rasulullah Saw, karena tidak tahan din langsung menjerit dan pingsan. Spontan ributlah kaum muslimin yang ada, sampai-sampai Rasulullah saw mendengar ribut-ribut itu.
”Ya Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, dan kenapa disana ribut-ribut!” Fathimah menjawab: ”Keributan itu karena kaum muslimin sendiri, sebab engkau tidak ada.”
Maka saat itu Rasulullah saw memanggil Ali dan Fadlal bin Abbas. Kemudian heliau bersandar (dipapah) keduanya masuk masjid, lalu shalat bersama-sama mereka 2 rakaat fajar pada hari Senin itu. Ba’da shalat kemudian beliau menghadap ke belakang kepada mereka, dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin, kalian itu masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah Taala. Untuk itu bertaqwa-lah kepada Allah dan taati Dia, sesungguhnya saya ini akan meninggalkan dunia, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia …” Kemudian beliau bangkit dan pulang ke rumahnya. (Hadits masih panjang, dan sampai di sini masih shaheh).
Dari tempat yang ghaib Allah memerintah kepada malaikat pencabut nyawa:
”Engkau turunlah menemui kekasih-Ku dalam bentuk yang paling baik. Lakukan dengan cara halus ketika mencabut ruhnya. Kalau dia memberi izin, masuklah. dan kalau tidak diizinkan, jangan masuk dan pulanglah.”
Malaikat mautpun turun dengan rupa seperti orang badui dari gunung. Depan pintu dia berucap:
”Mudah-mudahan keselamatan terlimpah untuk kalian wahai penghuni rumah Kenabian dan rumah sumber Risalah, apakah saya diperbolehkan masuk?” (Sampai di sini hadits masih shaheh).
“Wahai hamba Allah.” jawab Fathimah. ”Sesungguhnya Rasulullah sedang sibuk karena penderitaan sakitnya.” Tapi malaikat maut itu kemudian mengulangi salamnya (seperti salam yang pertama khusus kepada Rasulullah):
“Mudah-mudahan keselamatan terlimpahkan untuk kamu wahai Rasulullah, dan juga untuk penghuni rumah Kenabian.”
Rasulullah mendengar suara malaikat maut ini kemudian bersabda (kepada Fathimah):
“Wahai Fathimak siapa orang yang ada di pintu!”
“Orang badui Ya Rasul”, jawab Fathimah. “Dia mernanggil-manggil dan sudah aku terangkan bahwa Rasulullab Saw sedang sakit, :api kemudian dia memanggil ketiga kalinya. Dia memandang tajam padaku sampai gemetar tubuhku, takut hatiku, dan tulang sendiku terasa bergetar seakan-akan satu sama lain mau lepas. Wajahku menjadi pucat.”
Rasulullah saw bersabda:
”Fathimah, tahukah engkau siapa dia?”
”Tidak tahu”, jawab Fathimah.
Kemudian Rasulullah saw bersabda:
“Dia itu melaikat maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan.” (Hadits Shaheh)
Mendadak Fathimah menangis keras, lalu berkata: “Aduh! Sungguh kelak akan celaka, karena adanya kematian Nabi yang terakhir. Menjadi musibah besar karena wafatnya untuk orang-orang yang bertaqwa. Mereka terputus dari pemimpinnya yang suci, yang juga merupakan penyesalan bagi kami semua sebab sudah berhentinya wahyu dan langit.
Sesungguhnya saya sudah terhalang tak mendengarkan perkataan engkau, juga tidak lagi mendengarkan salam engkau sesudah hari ini.”
Sabda Rasulullah saw:
“Tabahkan (hatimu) Fathimah, sebab sesungguhnya hanya engkau di antara keuargaku yang pertama berjumpa dengan aku.” (Hadits shaheh, dan ada juga mengatakan tidak shaheh).
Lalu Rasulullah saw bersabda kepada dia:
“Wahai malaikat maut, masuklah!”
Malaikat itupun masuk seraya mengucapkan salam: ‘Assalaamu’ alaika, Ya Rasul! Rasulullah saw menjawab: ‘Waalaikas-sallaam wahai malaikat maut …, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawa!”
”Saya datang untuk berkunjung dan juga mencabut nyawa”, Jawab malaikat maut. “Itu kalau tuan mengizinkan, kalau tidak, saya akan kembali pulang.”
Sabda Rasulullah saw
”Wahai malaikat maut, di mana engkau meninggalkan malaikat Jibril!”
”Saya tinggalkan di langit dunia.” Jawab Malaikat Maut. ‘Dan para malaikat di sana baru berbelasungkawa terhadap dia.”
Tidak lama kemudian malaikat Jibril turun. dan duduk tepat di sisi kepala Rasulullah saw, Rasulullah saw bertanya kepada dia:
“Apakah engkau sudah tahu kalau ajalku sudah dekat!”
“Benar, Ya Rasul.” Jawab malaikat Jibril.
“Maka beritakan kepadaku (Rasulllah saw) akan Kemulyaan yang menggembirakan aku di Sisi Allah Ta’ala.”
“Semua pintu-pintu telah terbuka.” Jawab Jibril. “Dan para malaikat sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan bidadari- bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Sabda Rasulullah saw:
“Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat.”
”Saya beritahukan …,“ Demikian jawab Jibril. “Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya sudah AKU larang semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan AKU larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Sabda Rasulullah saw: ”Sekarang sudah puas hatiku dan hilang pula kesusahanku.” Selanjutnya Beliau bersabda: ”Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.”
Malaikat maut pu mendekati Rasulullah saw dan mulailah mencabut ruh beliau. Ketika sampai diperut Beliau bersabda:
“Wahai malaikat Jibril … alangkah pahitnya rasa sakaratul ini…” Tapi Jibril memalingkan wajahnya dari pandangan Nabi Saw. Nabi Saw berkata: ”Jibril … apakah engkau tidak senang melihat wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah … siapa kiranya orang yang sampai hati melihat wajah engkau, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Dari Annas bin Malik ia. ia berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu …” (Kata Annas ra.) : ”Masih saja beliau, mau mewasiatkan dua perkara ini, sampai perkataannya putus.“ (Hadits Shaheh).
Kata Ali ra.: “Sesungguhnya Rasulullah saw manakala menjelang ajalnya, kedua bibirnya bergerak-gerak dua kali, kemudian saya mendekatkan telinga, saya mendengar beliau mengucapkan perlahan-lahan, ‘Ummatku … ummatku …’. Maka hilanglah ruh Rasululullah saw pada hari Senin Rabiul Awal.
Diriwayatkan ketika Ali ra. membaringkanjasad Rasulullah untuk dimandikan, mendadak ada suara dari salah satu sudut rumah mengatakan: “Jasad Muhammad jangan engkau mandikan, sebab dia sudah suci dan disucikan …“ Karena suara itu ada rasa ragu dalam hati Ali. Katanya: “Siapakah engkau sebenarnya, sebab Nabi saw itu sudah berwasiat kepadaku agar aku yang memandikan …”.
Dari arah lain tiba-tiba berseru, “Mandikan dia wahai Ali, sesungguhnya suara tadi suaranya iblis terkutuk karena dengki terhadap Nabi Muhammad. Dia bermaksud agar beliau masuk ke kuburan tanpa dimandikan.
“Semoga Allah membalas kebaikan untukmu, karena engkau memberitahukan bahwa tadi itu suaranya iblis. Lalu engkau siapa!” Suara itu langsung menjawab: “Saya adalah Nabi Khaidir yang ikut hadir dalam janazah Nabi Muhammad saw.”
Kemudian Ali melanjutkan memandikan jasad Nabi Muhammad, sementara Fadlal bin Abbas dan Usman bin Zaid hagian menuangkan (sesuai dengan wasiat Nabi saw), Jibril pun datang membawa pengawet berupa obat dari surga. Mereka mengkafani dan menguburkan beliau dalam kamar Siti Aisyah pada tengah malam Rabu, ada yang mengatakan malam Selasa.
Setelah ‘Aisyah berdiri dekat kuburan Nabi Saw sambil berkata:
‘Wahai orang yang belum pernah memnakai pakaian sutra, belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk; ialah orang yang pergi dari dunia, sementara perutnya belum pernah kenyang oleh roti sekalipun dan gandum yang kasar. Wahai orang yang memilih tidur di atas dedaunan korma dibanding tidur di atas ranjang … wahai orang yang tidak tidur sepanjang malam, hanya karena tukut siksa neraka Syair. Seumpama dunia ini kekal bagi semua orang, pasti Rasulullah saw pun akan kekal abadi.”
Allahumma shalli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad …..
Kisah detik-detik kematian Rasulullah saw terjadi setelah haji Wada’ yang memperoleh wahyu terakhir (lihat Surah Al-Maidah:3). Tapi ada yang mengatakan tidak terakhir, sebab ada ayat lain yang turun sebagai hadits kenabiannya; ada yang mengatakan ayat itu dari Surah Taubah:128-129.
Setelahnya ada yang mengatakan 21 hari, ada yang mengatakan 80 hari, dan ada yang mengatakan tinggal 50 hari Rasulullah saw hidup, kemudian wafat, di mana masa hari perbedaan pendapat kecil bermula dari perbedaan ayat terakhir turun. Namun yang umum adalab Surat Al-Maidah ayat 3, sebagai hakikat penyempurnaan agama Islam. Yang jelas setelah ayat (tatkala Haji Wada’) selang beberapa hari-hari yang dimaksud di atas kemudian Rasulullah saw meninggal dunia, persis sebagaimana rincian hadits di atas. Wallahu A’lam Bishshawaab ….
(Dirangkum dari buku Perjalanan Hidup Sesudah Mati oleh Ustadz Labib Mz., lihat juga Detik-Detik Wafatnya Rasulullah dan Para Khalifah oleh Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali diterjemahkan oleh Achmad Sunarto, Penerbit CV Surya Angkasa Semarang. sumber http://suryadhie.wordpress.com